Headlines News :

Pengikut

Prabowo Bongkar Perihal Campur Tangan Asing AS dan Australia Terhadap Kedaulatan Indonesia

Ada kejadian menarik saat Prabowo hadir di kantor pusat PEPABRI (22/4/2014) memenuhi undangan seniornya di TNI seperti pak Agum Gumelar dan pak Wismoyo Arismunandar dkk--terjadi kebocoran pembicaraaan disana.


Ruangan yang tertutup itu ternyata entah lupa atau disengaja--speaker nya masih menyala dan statement Prabowo terdengar jelas oleh para wartawan yang menunggu di luar.



Prabowo sempat mengucapkan soal krisis moneter 1998 yang dianggapnya "bohong" belaka. Menurut data yang dirangkumnya--memang terbukti tahun 1997-2000 tersebut Indonesia mampu meraih neraca positif export import yang tinggi. Rata-rata $ 25 miliar (Rp. 250 trilyun).

Prabowo menyebut saat itu yang terjadi adalah "perang ekonomi" karena adanya campur tangan pihak asing yang menjatuhkan nilai kurs rupiah yang mencapai penurunan 5000%.

Sungguh saya terkejut dan mencoba mencari perbandingan neraca export import saat ini. Makin terbelalak, tahun 2012 Indonesia defisit -$1,6 miliar (Rp. 16 Trilyun) dan 2013 lebih parah menjadi -$3,3 miliar (Rp. 33 Trilyun). Ini artinya, Indonesia sekarang sudah murni menjadi negara pengimpor dan sedang dalam kondisi krisis moneter sebenarnya.

Namun kita tidak dibuat tidak sadar dengan kondisi ini. Seperti dinina-bobokan.

Nah, kali ini saya tidak ingin panjang lebar membahas hal tersebut diatas. Saya ingin menggaris bawahi soal kata 'PERANG EKONOMI" yang esensinya sangat jelas bahwa kita memang sekarang sedang masuk dalam perang kemerdekaan jilid 2. Perang kedaulatan ekonomi.

Ya, saya tahu jika masih ada yang menganggap keterlibatan dan campur tangan asing khususnya Amerika adalah sekedar pengetahuan umum tanpa bukti kongkrit. Bahkan muncul semacam ledekan jika kita memberikan pertanda agar masyarakat Indonesia waspada terhadap campur tangan Amerika lagi terhadap hajatan Pilpres 2014. Katanya, "Iya, si copras-capres ini emang antek amerika--tuh lihat hidungnya segitiga". Ckckck...!


coba sekarang mereka kita paksa membaca bocoran dokumen TOP SECRET yang saya unggah di google drive ini dengan link : https://docs.google.com/file/d/0BzmAljPlsjuoVXU1bmxjU09zZ1E/edit

Mungkin kita baru sadar dan terkejut.

Betapa memang Amerika dan sekutunya punya kepentingan yang sangat besar terhadap negara yang sangat kita cintai ini--INDONESIA!

Bahkan sejak negara kita ini berdiri tahun 1945 di zaman Bung Karno, pak Harto dan kini SBY.

Boleh cek documen pertama bernama "Pentagon Pappers: Eisenhower Administration" tahun 1953 yang diberi tanda stabilo kuning --sangat jelas dituliskan jika Presiden Eisenhower saat rapat dengan gubernur-gubernur Amerika mengatakan:

--"Anda benar-benar tidak paham, mengapa kita begitu peduli dengan sebuah sudut di tenggara Asia (Indonesia)."--

--"jika kita kehilangan semua itu, bagaimanakah dunia bebas akan mempertahankan 'empire" Indonesia yang kaya?"--

--Jadi ..., ketika Amerika Serikat memutuskan mengeluarkan $400 juta dolar (tahun 1953) untuk membantu perang itu, kita tidak memilih untuk program "giveaway". Kami memilih cara termurah yang kami bisa untuk mencegah terjadinya sesuatu yang paling mengerikan bagi Amerika Serikat--khususnya keamanan kita, kekuatan dan kemampuan untuk mendapatkan hal-hal tertentu kita butuhkan dari kekayaan di wilayah Indonesia, dan dari Asia tenggara."--

Bagaimana? Mengerikan bukan? Dokumen ini dengan sangat gamblang menjelaskan bahwa kekayaan alam kita memang diburu Amerika dan sekutunya untuk dihisap.

Gayung bersambut pun muncul dari tetangga kita paling selatan--Australia. Dokumen-dokumen tersebut juga menginformasikan tentang pengetahuan Pemerintah Australia akan pergerakan untuk membuat Maluku, Sulawesi Selatan, Aceh, Maluku Utara dan Sumatera Tengah untuk merdeka dari Pemerintah Indonesia.

Walau pun--alhamdulillah sampai kini masih lebih banyak rakyat Indonesia yang memilih bersatu dibawah panji Merah Putih dan Pancasila

Ditambah dokumen lain yang mengkonfirmasi tentang bantuan kemanusiaan Amerika dan Australia sebagai cara menekan pemerintah Indonesia agar tidak menasionalisasi perusahaan minyak Amerika yang beroperasi di Indonesia.

Bahkan kita juga bisa melihat bagaimana tahun 1961--Australia membuat pendataan peralatan perang yang dimiliki oleh Indonesia, lengkap dengan analisa jangkauan pesawat TNI AU, kapasitas kekuatan TNI AD, ketakutan Australia akan kendali Papua Barat oleh Indonesia yang menjadi ancaman nyata untuk Australia yang ingin membentuk "Australian New Guinea" dan Australia Timur.

Belum lagi keinginan Amerika dan Australia agar Indonesia menjadi "ramah" terhadap ekonomi Singapore. Halah, preeeeet!

Makin menjengkelkan tentu berita kabel Kedutaan Australia di jakarta tahun 1965 yang berisi tetantang partisipasi Australia dalam menjatuhkan Pemerintah Soekarno.

Nah, itu fakta dari dokument TOP SECRET yang tersimpan dengan baik dan baru dibuka 30 tahun kemudian karena adanya UU untuk membuka dokumen negara ini.

Dokumen yang jelas menunjukan tujuan utama mereka yang sangat sederhana: Memastikan rejim yang berkuasa, "berkuasa sesuai" dengan kehendak mereka.

Lalu sekarang di tahun 2014 ini - tahun pergantian presiden Indonesia, apakah publik Indonesia akan kembali tunduk pada skenario Amerika, ataukah kita bisa memilih pemimpin kita sendiri?



Apakah 30 tahun dari sekarang, tahun 2044 ketika dokumen-dokumen yang hari ini dicap TOP SECRET oleh pemerintah Amerika dibuka, kita atau mungkin anak dan cucu kita akan menangis karena kalah pada skenario Amerika--atau bangga karena berhasil mengalahkan mesin propaganda media mereka untuk mengangkat presiden 'boneka"?

Pengaruh campur tangan asing terlihat sangat jelas di kancah politik indonesia sekarang. Bisa kita lihat saja, betapa susahnya prabowo lewat partai Gerindranya dalam menjalin koalisi karena hampir semua partai yang tadinya mendukung Prabowo jadi presiden kemudian berpecah belah dan berhenti mendukung Prabowo.


Pihak Asing yang lebih tertarik dengan calon "presiden boneka" ini rasanya tidak rela kalau sampai Prabowo bisa menjalin kekuatan besar yang hingga bisa memungkinkan dirinya untuk jadi Presiden RI 2014.

Sampai Game Android Prabowo pun di jegal 


Yang lebih lucu lagi,.. baru baru ini muncul game android prabowo yang berjudul Prabowo The Asian Tiger. game yang kabarnya di buat oleh penggemar prabowo dari indonesia yang sekarang menetap di India mendapatkan banyak serangan dari pasukan "nasi bungkus" pesaing prabowo.

Sebenarnya game ini akan segera melenggang di top free google play store tapi sebelum sampai puncaknya kemudian muncul banyak sekali serangan komen pedas dan rate bintang 1 hanya untuk menjatuhkan posisi game ini supaya tidak di kenal orang. Hal itu di perkuat dengan banyaknya komen sama dan rate bintang 1 yang melonjak jadi ratusan dalam sehari. bahkan dari banyak komen banyak yang terang terangan bilang kalau mereka belum memainkan game nya tapi tidak suka dengan game prabowo. Al hasil game ini kembali terpuruk ke urutan bawah hingga mungkin susah untuk di temukan para pengguna android yang sedang melihat aplikasi baru di google plays store.

Tapi ternyata google juga sudah mulai pintar, rating bintang 1 dari user yang di rasa masih sama ip adressnya lambat laun mulai di hapus sedikit demi sedikit, ini di buktikan dengan berkurangnya jumlah bintang 1 yang tadinya berjumlah ratusaan turun menjadi di bawah 100.

Bagi yang penasaran seperti apa game android prabowo the asian tiger bisa langsung instal via google play di sini.


Saya kembalikan lagi kepada saudara-saudara sekalian sebangsa setanah air, walau saya tetap akan memilih berjuang demi Indonesia yang berdaulat penuh secara ekonomi, dan berdaulat penuh secara politik.

Singapura “Israel” nya Asia Tenggara

Sepertinya halnya Aussie, Singapura juga ikut dalam pakta pertahanan seperti ISAF, FPDA, dll selain merupakan salah satu “ujung tombak” intelijen Barat di Asia. Hal ini disampaikan oleh Salamuddin Daeng, peneliti dari Institute for Global Justice (IGC), Jakarta, bahwa AS dan Inggris telah mematai-matai Indonesia melalui dua sayap operasi intelijen. Pertama, sayap Australia: untuk pembentukan mindset (pola pikir) dan rekayasa politik di Indonesia. Kedua, sayap Singapura: dalam rangka pengendalian ekonomi, keuangan, perbankan, perdagangan dan sumberdaya alam (SDA) Indonesia.



Terkait penyadapan Aussie terhadap simbol negara dan beberapa petinggi republik tercinta ini, tak boleh dipungkiri, ia pun turut membantu operasi intelijen dimaksud, selain Jepang, New Zealand dan Korea. Menurut Sarwoto Atmosutarno, pengamat telekomunikasi, bahwa Singapura adalah penyebab bocornya jutaan data pelanggan Telkomsel yang disadap oleh intelijen Aussie dan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA). Kenapa demikian, karena faktor letaknya di posisi transit kabel transmisi bawah laut antara Indonesia - Aussie. Tak bisa dielak memang, Singapura adalah jalur internasional kabel laut, baik dari Perth ke Singapura lalu ke Jakarta, maupun dari Jakarta ke kota besar lainnya di Indonesia.

Sekilas Geopolitik Singapura

Ya. Negara ini luasnya cuma 713-an kilometer (km), masih lebih besar Jogja yang 3000-an km, atau Kabupaten Malang. Luas Jogja yang hampir empat kali Singapura tetapi penduduknya hanya 3,5 juta. Bayangkan dengan penduduk 5,1 juta orang, selain Singapura mirip red dot (titik merah) dalam peta dunia, juga uyel-uyelan. Akan tetapi ekspornya tahun 2011 mencapai USD 400 milyar/tahun, dua kali lipat Indonesia yang hanya USD 203 milyar. Luar biasa. Bukankah secara geografis, ia tak memiliki SDA sama sekali, kenapa ekspornya dua kali lipat sedangkan bila dibandingkan penduduk dan wilayah, justru Indonesia beribu-ribu lipat daripadanya?

Tapi meski hanya red dot, ada sekitar 6000 perusahaan AS dan Eropa beroperasi di Singapura. Demikian pula Cina, ia menempatkan 3000-an perusahaan, India sekitar 1500 buah, dst. Belum negara-negara lain termasuk Indonesia. Kekuatan Negeri Singa ada di sumberdaya manusia (SDM) dan kepastian hukum. Bisnis (jasa) sangat produktif disini. Dan ia dianggap sebagai pusat keuangan Asia, pusat industri manufaktur termasuk minyak, kimia, logam, dan lain-lain walaupun seluruh bahan baku dari impor. Bahkan air tawar pun impor dari Malaysia, termasuk sayur mayur dan kebutuhan pokok lain, sebagian besar malah dari Indonesia.

Dari perspektif riil geopolitik, Thailand, Malaysia dan Indonesia dianggap ancaman bagi Singapura. Tapi Malaysia tampaknya tak begitu dicemaskan mengingat faktor sejarah. Entah dulu ia bagian dari Malaysia, atau sesama commonwealth bekas jajahan Inggris, atau karena bersebelahan duduk di pakta pertahanan semacam FPDA, ISAF dan lain-lain.

Mungkin persepsi Singapura, ancaman nyata dari Thailand dan Indonesia terkait dua aspek yakni militer dan ekonomi. Dalam logika tata negara, serangan militer (peperangan) akan berdampak kepada ekonomi, sebaliknya terganggunya ekonomi bakal berefek buruk pada kekuatan militernya. Maka mensiasati kondisi tersebut, cara paling efektif untuk mengantisipasi ialah memperlemah ancaman (negeri tetangga) dari sisi internal secara asymmetric. Ini yang nanti kita bahas agak dalam.

Sedang dari sisi militer, ia terlihat sangat percaya diri ---seperti halnya Aussie--- entah karena bercokolnya pangkalan Inggris di Sembawang, atau sebagai anggota beberapa pakta pertahanan, juga adanya pangkalan militer Paman Sam disana, kendati kedoknya hanya perbaikan (bengkel) angkatan laut AS.

Posisi “aman” sesuai persepsinya, justru mengakibatkannya Singapura sendiri lupa (diri), bahwa betapa kecil daratan mereka jika dibanding para tetangga yang dinilai sebagai ancaman. Dari aspek manapun, Negeri Singa atau red dot ini bakal “tenggelam” jika diserbu lawan dari berbagai arah dan penjuru, baik secara asymmetric apalagi melalui cara militer (terbuka). Sewaktu konfrontasi versus Indonesia tempo doeloe, baru dikirim dua marinir (Usman dan Harun) sudah kalang kabut. Bahkan “konon” peristiwa tersebut begitu membekas hingga kini. Konon lho, dalam tanda kutip (“).

Bagaimana jika dikirim ratusan “Usman Harun” lain, baik dari arah Thailand maupun Indonesia? Boleh dibandingkan atas impor Azhari dan Noordin M Top dari Malaysia terhadap republik ini. Berapa anak bangsa yang tergalang dan sudah berapa gedung diledakkan? Saya tidak bermaksud membandingkan antara Usman Harun dengan kedua teroris impor, tetapi publik internasional terutama dunia militer pasti memahami bahwa misi Usman Harun adalah tugas negara, sedangkan Azhari dan M Top tidak jelas misi, tak jelas identitasnya. Bukan intelijen, kenapa dana mereka unlimited (tak terbatas)? Dianggap teroris, kok manuvernya mirip agen (asing) intelijen?

Jika misi teroris identik menyerang kepentingan Barat di suatu wilayah, justru Singapura merupakan “medan jihad” yang tepat karena bercokol ribuan perusahaan Barat disana, bukannya Indonesia sebagai kawasan muslim terbesar di dunia. Itulah “hebat”-nya Singapura. Negeri tanpa teroris, namun ada pusat kajian dan banyak pakar anti teror berdiam disana.

Dari sisi ekonomi, kehidupan Singapura banyak didukung sektor jasa, perbankan, pariwisata dan lainnya. Sekitar 13,5 juta turis setiap tahun datang dan pergi, bahkan hampir dua kali lipat turis yang ke Indonesia. Padahal untuk keliling cuma butuh 6 - 7 jam saja. Sebenarnya kurang menarik untuk rekreasi, kecuali tujuan berjudi, belanja, pertemuan bisnis, atau deal lainnya. Bisnis selain pariwisata jangan ditanya, adanya ribuan perusahaan dari berbagai belahan dunia adalah data dan bukti nyata.

Akankah Indonesia Bernasib Seperti Ukraina ?

Indonesia sebagai bagian integral dari berbagai elemen strategis bangsa, mutlak perlu menyimak dan mengkaji berbagai faktor dan dinamika politik yang berkembang, seperti kondisi di Ukraina.

Kedua, dengan menarik hikmah dan pelajaran dari kasus Ukraina, khususnya dengan tumbangnya Presiden Viktor Yanukovich sebagai akibat dari konspirasi antara AS-Uni Eropa dan partai-partai oposisi di Ukraina, maka betapa pentingnya bagi suatu negara untuk memahami dan mengenali nilai strategis wilayah geopolitiknya. Sebab jika tidak, lanjut Hendrajit, maka sejatinya kita sedang membuka pintu yang seluasnya kepada berbagai kepentingan asing, untuk membangun dan menanamkan lingkup pengaruhnya di bumi nusantara.



Pandangan Hendrajit dengan serta merta diperkuat oleh Dr Santos Winarso Dwiyogo, Kepala Divisi Hubungan Bilateral Hubungan Internasional Kantor Sekretariat Wakil Presiden RI, yang diundang secara khusus oleh GFI sebagai pembicara. Menurut Dr Santos, sebagai bukti betapa pentingnya sebuah negara memahami nilai strategis wilayah geopolitiknya, hal itu telah dibuktikan secara nyata oleh Rusia, dalam mengantisipasi campur tangan AS dan Uni Eropa dalam penggulingan Presiden Yanukovich.

“Kalau dulu teori-teori geopolitik yang  bertumpu pada McKinder, Alfred Mahan dan Nickolas Spike dimanfaatkan oleh Amerika dan Inggris untuk mengepung Rusia dan melemahkan Jerman yang ketika itu merupakan musuh dari AS dan Inggris, maka sekarang justru sebaliknya. Rusia lah yang justru memanfaatkan teori-teori geopolitik para pakar tersebut untuk memperkuat kepentingan strategis negara beruang merah tersebut.”

Dengan kata lain Dr Santos hendak menegaskan bahwa teori-teori geopolitik Mckinder dan Mahan yang menekankan betapa pentingnya menguasai Heartland (Timur Tengah dan Asia Tengah) agar bisa menguasai dunia, sekarang Rusia telah menerapkan teori geopolitik tersebut untuk membendung pengaruh AS dan Uni Eropa di kedua kawasan tersebut.

Kita lihat bagaimana Rusia dan Cina, sejak 2001 lalu, membuat persekutuan strategis Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang pada hakekatnya ditujukan untuk membendung pengaruh AS di kawasan Asia Tengah.

Nampaknya, pentingnya membangun kesadaran dan wawasan geopolitik, isu utama yang mencuat dalam forum diskusi tersebut. Entjeng Shobirin, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bahkan memandang kasus Ukraina ini agar menjadi bahan pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia.

“Menurut saya dengan mengkaji dan mendalami kasus Ukraina, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat Indonesia sudah saatnya menyadari betapa pentingnya memperjelas orientasi kebijakan politik luar negeri RI yang bebas dan aktif, sehingga kejelasan politik luar negeri yang bertumpu pada kesadaran dan wawasan geopolitik kita, pada perkembangannya akan memperjelas peta permasalahan yang dihadapi oleh kita sebagai bangsa baik kini maupun kelak,” begitu ungkap Shobirin.

Senada dengan GFI, Entjeng Shobirin secara khusus menaruh keprihatinan besar terhadap lemahnya kewaspadaan nasional dari beberapa institusi kenegaraan kita. Maka terkait dengan tema bahasan yang digelar oleh GFI, Shobirin menyarankan agar dalam kajian-kajian GFI mendatang, untuk mengangkat sebuah tema yang cukup strategis: SKENARIO DISINTEGRASI NASIONAL.

Sementara, Dr Wirawan, anggota Komite Rusia di Kamar Dagang dan Industri (KADIN), menggarisbawahi tiga hal penting.

Pertama, bersepakat dengan pandangan pada forum diskusi bahwa kemampuan Rusia dalam menghadapi dan menyikapi perkembangan di Ukraina pasca kejatuhan Yanukovich dengan menggerakkan pasukannya ke Crimea, telah mempertunjukkan kepada dunia internasional betapa Rusia sangat memahami dan mengenali kekuatan wilayah geopolitiknya maupun tujuan-tujuan tersembunyi dari negara-negara rivalnya seperti AS dan Uni Eropa, untuk menguasai dan membangun lingkup pengaruhnya di Ukraina.

Keputusan Presiden Vladimir Putin untuk menguasai Crimea yang wilayahnya berada dalam kedaulatan Ukraina, membuktikan kemampuan Rusia membaca dan mengenali nilai strategis wilayah geopolitik Crimea terkait kepentingan strategis Rusia dalam melawan skenario pengepungan AS dan Uni Eropa melalui Ukraina. Itulah sebabnya Skenario Revolusi Warna yang coba dimainkan dengan mendukung partai-partai oposisi menggulingkan Yanukovich, pada akhirnya justru jadi titik balik bagi Amerika di Ukraina. Semula sepertinya akan menang, ternyata akhirnya akan menuai kekalahan.

Kedua, Wirawan mendesak pemerintah Indonesia agar menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia. Karena menurut Wirawan, berdasarkan berbagai informasi yang dia serap ketika berkomunikasi dengan berbagai elemen strategis Rusia, saat ini Rusia memandang Indonesia sebagai negara sahabat. Bahkan setingkat lebih tinggi dari sekadar sahabat. Jadi menurut Wirawan, yang saat ini juga aktif sebagai salah satu pengurus Persatuan Putra-Putri Purnawirawan Angkatan Udara (P3AU), inilah momentum bagi Indonesia dan Rusia untuk menjalin hubungan yang semakin erat di semua bidang.

Aspek ketiga yang digulirkan oleh Wirawan adalah soal Papua. Belajar dari kasus Ukraina, pemerintah Indonesia sebaiknya memperhatikan betula soal Papua. Karena gerakan untuk meng-internasionalisasi Papua di forum-forum internasional, semakin gencar dilakukan.

Pentingnya Indonesia mewaspadai perkembangan di Papua, juga didukung oleh Entjeng Shobirin. Karena menurut Entjeng, Gerakan Papua Raya yang semakin gencar dikumandangkan oleh elemen-elemen OPM (Organisasi Papua Merdeka), pada perkembangannya bisa menginspirasi Gerakan Separatis Dayak di Kalimantan Barat.

Jokowi Jump Game Fenomenal Android

Sudah pada tahu kan siapa Jokowi? Itu lho gubernur Jakarta yang saat ini lagi menjadi media darling dan juga pemimpin dambaan rakyat Indonesia. Kalau dulu ada yang namanya game Jokowi-Ahok yang difungsikan sebagai media kampanye, sekarang sudah ada game baru yang sama sekali gak ada hubungannya dengan kampanye (kayaknya sih begitu). Namanya Jokowi Jump. Soalnya, isi game ini simpel. Gak ada tinju-tinjuan buat membasmi orang jahat seperti di game Jokowi-Ahok dulu.

Entah yang buat jokowi asli atau bukan. Tapi nama pengembangnya tertulis ArrayanLabs. Untuk yang ingin segera memiliki aplikasinya bisa langsung mendownloadnya di sini. Kalau sudah download langsung dimainkan ya. Yang mau lanjut baca reviewnya, ayo dibaca di bawah ini.


Sebelum baca review, download aja langsung game Jokowi-Jump di play store android atau langsung di sini download game jokowi jump. Gak tahu ya kalo di IOS dan lainnya sudah nongol apa belum.



How To Play
Simpelnya, game ini membawa karakter Jokowi yang suka blusukan. Di proyeksikan di game dengan cara Jokowi berjalan terus di kota Jakarta. Saat ada lubang, anda harus mengetuk layar supaya Jokowi bisa melompat menghindar. Saat memainkan game ini saya merasa semuanya mudah. Paling hanya tap layar saja. Ternyata dugaan awal saya salah. Semakin lama ternyata Jokowi bergerak semakin cepat. Sampai akhirnya saya jatuh ke lubang karena terlambat melompat.

Ada Bonusnya
Di tengah jalannya game, anda akan di hadapkan dengan berlian merah terbang. jika berhasil menggapainya, maka point anda akan bertambah 200 point. Lalu ada magnet yang sifatnya bukan menarik koin seperti di game temple run tapi sebaliknya. Membuat anda meloncat lebih tinggi. Hati-hati. Bisa jadi lompatan anda mendarat di tempat yang salah dan game over. Ada juga semacam kain. Jika anda melewatinya maka gerakan yang semula cepat menjadi lambat. Namun Cuma sebatas 3 detik saja. Selanjutnya kembali bergerak cepat.

Penasaran bukan bagaimana rasanya. Yuk bagi warga Jakarta yang mau mencoba memainkan gubernurnya bisa melalui game Jokowi Jump ini. download aja langsung di play store android atau langsung ke sini.

AS Suriah : Utang Minyak Di Bayar Bom

Berita heboh terkini. Sebelum membahas motif utama sebagai pokok topik artikel ini, sebaiknya menengok kembali surat Hugo Chaves, Presiden Venezuela kala itu kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana dikutip oleh Lizzie Phelan, 2011. Ya. Suratnya dikirim di tengah-tengah bombardier NATO terhadap Libya dengan berbekal Resolusi PBB Nomor 1973 tentang Zona Larangan Terbang (No Fly Zone). Ia menulis: "Ada ancaman yang sangat serius terhadap perdamaian dunia. Sebuah seri baru perang kolonial yang dimulai di Libya dengan tujuan jahat untuk memulihkan sistem kapitalisme global".

Hasil diskusi terbatas di GFI, Jakarta, tentang esensi surat Chavez ke Majelis Umum PBB seperti dicuplik oleh Phelan, diperoleh dua pointres. Pertama, bahwa sistem dan ideologi kapitalis kini di ujung kebangkrutan; kedua, ada modus-modus baru dalam metode kolonial di muka bumi. Dan agaknya, kedua isyarat tadi saling bertaut, berkait serta ada sebab dan akibat tak terpisah. Lalu, dimana letak keterkaitan kedua isyarat dimaksud?



Sinyalemen Chaves bukannya mengada-ada. Betapa badai krisis ekonomi dan finansial seperti enggan berhenti menyapu negeri Paman Sam, selain ia sebagai titik inti serta awal krisis ekonomi global, termasuk negara-negara penyanggahnya. Efek domino tidak dapat dielak terutama jajaran Uni Eropa (EU). Tidak hanya ekonomi dan finansial, aspek lain seperti sosial, politik, moral dan lainnya pun diterjang. Banyak penembakan-penembakan massal di tempat umum, bahkan di pangkalan Angkatan Laut di Washington yang nota bene merupakan ksatrian militer bisa terjadi penembakan-penembakan. Ada badai, topan, serta banjir yang tak kunjung reda melanda. Bank-bank dan tidak sedikit lembaga sejenisnya gulung tikar. Ya. Sekitar 90-an bank dinyatakan ambruk. Beberapa negara bagian sepertinya mengambil sikap hendak memisahkan diri. Bahkan pusat otomotif di AS sekelas Detroit pun akhirnya colaps. Tak pelak, penganguran meningkat, unjuk rasa kian meraja lela menggugat kinerja kapitalis.

Perlu dicatat, substansi gerakan Occupy Wall Street, Occupy Melbern, dan gerakan sejenisnya yang sempat marak kemarin di banyak negara, intinya memprotes dominasi segelintir elit (1%) super kaya raya, sedang sisanya (99%) biasa-biasa bahkan banyak yang terlunta-lunta. Tata Dunia yang diawaki kapitalis sebagai ideologi unggulan pasca Perang Dingin, sepertinya tengah berdiri di ujung kehancuran.

Prof Dr Beat Bernet (21/11), pakar ekonomi Universitas Saint Gallen, Swiss, berani menyatakan bahwa dampak krisis finansial dan ekonomi EU adalah runtuhnya lembaga tersebut. Pasca krisis bank-bank dan lembaga finansial, niscaya akan memunculkan krisis politik. Dan UE di masa mendatang tidak akan bertahan dalam bentuk yang kita kenal saat ini (alias bubar). Hey, benarkah UE bakal bubar?

Ia menambahkan, hingga kini tidak ada indikasi akan ada pemulihan kondisi di Eropa bahkan sampai beberapa bulan mendatang. Indikasi yang ada justru menunjukkan sebaliknya. Menurutnya, program penghematan dan kenaikan pajak diperkirakan akan menyulut instabilitas sosial di negara-negara UE. Bahkan akan muncul kekuatan baru yang bakal mengubahnya. Sejak dibentuk hingga kini, UE belum pernah menghadapi krisis separah dan seluas saat ini. Krisis finansial dan ekonomi itu disebut bak bola salju tak terbendung. Bukan hanya sekedar krisis nilai tukar euro saja, melainkan juga akar-akar krisis tersebut begitu dalam, termasuk di antaranya masalah struktur, penurunan kekuatan bersaing dan melemahnya kekuatan finansial anggota UE.

Dosen ekonomi Eropa itu menekankan, kondisi saat ini sangat berbahaya dan dimensinya lebih luas dari yang diumumkan secara resmi. Saya tidak yakin krisis ini dapat diselesaikan dengan "payung penalang" atau dana-dana bantuan, kata Bernet. “Solusi yang dibicarakan hanya mampu menutupi permukaan masalah saja, oleh karena dasar krisisnya sangat dalam. Negara-negara yang mengeluarkan dana penyelamatan ekonomi hanya mengulur-ulur waktu. Pada hakikatnya, mata uang euro kini sudah sampai di ujung usianya”, jelas Bernet. Pertanyaan timbul, bagaimana dengan negara inti dan awal (sumber) krisis dalam hal ini AS itu sendiri? Sedangkan efek domino begitu mengerikan sebagaimana dipaparkan oleh Bernet.

Betapa ironi. Di tengah krisis multi dimensional tak kunjung usai, Paman Sam justru menyebar militernya di berbagai belahan dunia dengan aneka dalih. Ada paradoks skenario saling bertolak belakang. Di satu sisi, rakyat AS dan sekutu ingin segera ada langkah-langkah nyata perbaikan ekonomi dan penarikan seluruh pasukan, namun di sisi lain, para elit penguasa menebar teror melalui penyebaran pasukan di berbagai belahan dunia. Agaknya inilah isyarat Chaves sesuai esensi suratnya ke PBB, bahwa AS dan sekutunya hendak menggunakan “seri baru” perang kolonial guna memulihkan sistem kapitalisme yang terseok-seok menuju kehancuran. Dan jika merujuk surat Chaves, tampaknya seri baru perang kolonial tersebut telah dimulai di Libya. Apakah itu?



Utang Dibayar Bom!

Kembali pada pointers diskusi terbatas di GFI, pimpinan Hendrajit, sekurang-kurangnya telah diendus pola atau metode (seri baru) penjajahan yang hendak ditebar oleh AS dan sekutu di muka bumi, dan salah satunya adalah modus ‘utang dibayar bom’. Ya. Utang dibayar bom! Maka merujuk suratnya Chaves tentang seri baru perang kolonial berpola ‘utang dibayar bom’ telah diawali oleh Barat ketika mereka menyerbu Libya. Inilah kronologis secara sederhana.

Tak bisa tidak. Keberanian Gaddafi mencetak uang emas/dinar disinyalir merupakan titik awal. Ia menyatakan bahwa sistem transaksi minyak Libya harus menggunakan dinar, bukan uang kertas (US Dollar) seperti biasanya. Hal tersebut membuat AS dan UE geram sebab mereka berutang lebih 200 miliar USD atas minyak Libya. Secara kasuistis, gempuran Barat terhadap Libya hampir mirip dengan serbuan militer AS dan sekutu ke Irak, oleh karena salah satu penyebabnya ---meski banyak penyebab lainnya--- diawali ketika Presiden Saddam Hussein menyatakan transaksi minyaknya harus menggunakan uero, bukan dolar AS lagi. Kebijakan (rencana) Saddam tadi membuat rezim Bush Jr marah besar dan berujung invasi militer oleh AS dan sekutu ke Negeri 1001 Malam dengan isue: ‘Saddam menyimpan senjata pemusnah massal’.

Stigma bergerak. Itulah modus lanjutan yang bisa dipotret dalam invasi ilegal dimaksud. Artinya ketika di lapangan tidak ditemukan senjata pemusnah massal (bahkan hingga kini tak terbukti), maka isue pun berubah ‘melawan pemimpin tirani’. Selanjutnya tatkala Saddam berhasil digantung oleh Bush Jr, maka stigma pun diubah lagi menjadi ‘menjaga stabilitas’, demikian seterusnya. Sekali lagi, itulah sekilas cerita ‘stigma atau isue bergerak’ yang pernah dimainkan Barat ketika Saddam berkuasa, dimana hakiki stigma sejatinya hanya dalih dan pembenaran bagi pendudukan AS dan sekutu di Irak.

Kembali ke Libya. Selain daripada itu, bahwa konsesi para korporasi minyak milik Barat di Libya berakhir tahun 2012-an. Gaddafi mengatakan bahwa jika mereka tidak segera membayar utangnya dengan uang emas, maka konsesi baru akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan minyak milik Rusia dan Cina (http://libyasos.blogspot.com/). Sudah barang tentu deadline itu membuat para pemilik korporasi minyak Barat kebakaran jenggot.

Sebagaimana uraian sekilas di atas, khusus dalam prinsip dasar geopolitik (Barat), apabila suatu negara dinilai tak lagi selaras dengan kepentingan nasionalnya (dan sekutu) maka pemerintah dimaksud mutlak harus diganti, dikudeta, dan lain-lain. Singkat cerita, terbitnya Resolusi PBB Nomor 1973 tentang No Fly Zone bagi Libya yang mandatnya turun ke NATO, sejatinya ialah penerapan modus kolonial baru bertitel “utang dibayar bom”!

Dugaan GFI, sasaran metode ‘utang dibayar bom’ berikut pasca Libya diluluh-lantakan oleh NATO kemungkinan besar ialah Cina dan Jepang. Kenapa Jepang, bukankah ia sekutu dekat Paman Sam di Asia? Dalam politik, tak ada kawan dan lawan abadi tetapi kepentingan sebagai ‘tuhan’. Kalau Cina sudah jelas, selain ia merupakan kompetitor inti dalam mengkonsumsi BBM (separuh) di pasar dunia, juga dalam beberapa asymmetric warfare sebenarnya Cina lebih unggul daripada Paman Sam.

Simak utang AS kepada kedua negara tadi. Cina menguasai surat utang milik AS sebesar 1,107 triliun USD, meski September 2011 turun dibanding per Juli 2011 yang sebesar 1,173 triliun USD. Entah 2013 kini. Mungkin lebih berlipat lagi angkanya mengingat, selain ekonomi AS belum stabil, juga munculnya berbagai bencana yang tak kunjung usai menyapu kota-kota di Amerika. Sedang Jepang selain merupakan partner dagang terbesar, ia menguasai surat utang AS hingga mencapai 1,038 triliun USD (Detik.com, 02/02/2012, 08:35:56, Ini Dia Pemberi Utang Terbesar AS). Isue dan pemicunya diperkirakan sengketa Kepulauan Diaoyu/Senkaku antara Cina versus Jepang. Disinyalir AS akan kembali menerapkan metode “utang dibayar bom” seperti ia dan NATO membombardir Libya era 2011-an dulu. Sengketa kepulauan bakal dijadikan isue, pemicu sekaligus skenario utama dalam melancarkan seri baru penjajahan melalui taktik divide et impera. Adu domba negara-negara proxy.

Kembali lagi ke Syria. Hipotesa pun berkembang: apakah motif utama AS dan sekutu menyerang Syria guna menerapkan kembali modus utang dibayar bom seperti yang ia lakukan di Libya, atau (kemungkinan akan dilakukannya) terhadap Cina dan Jepang? Mari kita telaah hipotesa ini agak dalam.

Memang tak diketemukan data utang AS kepada Syria, demikian pula tidak ada utang Syria ke AS.  Sebagaimana utangnya terhadap Libya, Cina, Jepang, dan lain-lain.  Akan tetapi tagihan PBB pada AS ternyata cukup besar. Data 2010 menyebut, bahwa ia memiliki utang sebesar 1,2 miliar USD (15 Oktober 2010 17:14 wib, Fajar Nugraha – Okezone). Tidak bisa dielak, angka itu setara dengan seperempat tunggakan iuran dari keseluruhan anggota PBB. Entah sekarang. Kemungkinan lebih membengkak mengingat sistem perekonomian Paman Sam belum pulih.  Pertanyaanya: siapa bisa ‘menekan’ superpower untuk segera melunasi utangnya kecuali PBB? Inilah asumsi pembuka.

Sebagaimana dibahas bab terdahulu, Syria kini tengah merintis pembangunan pipa gas dari Irak dan Iran. Seandainya hal ini terwujud, maka Syria akan sangat kaya dan bahkan kuat karena faktor fee atas geopolitic of pipeline dan geo-strategi posisi di Jalur Sutera. Hal yang sangat dikhawatirkan oleh Israel karena saluran pipa ke Mediterania mutlak harus melalui Syria, walau outlet pipanisasi yang menuju Afrika Utara ada di Isreal dan outlet ke Eropa berada di Turki (Ceyhean), tetapi Syria merupakan “titik simpul” dari semua pipanisasi minyak dan gas di Jalur Sutera. Sekali lagi, betapa dahsyatnya pemberdayaan geopolitik Syria oleh Presiden Bashar al Assad.

Pada mapping geopolitik di Jalur Sutera telah jelas, bahwa Israel dan Turki yang ketempatan outlet saluran pipa Iran-Irak-Syria sebagaimana penandatanganan nota di Bushehr, Iran, pada 25 Juni 2011 adalah sekutu dekat Paman Sam. Maka penggulingan rezim Assad adalah langkah pasti. Tak boleh tidak. Inilah beberapa kronologis acara.

Ketika Arab Spring sukses mengoyak Tunisia, Yaman dan Mesir tetapi gagal di Syria, kualitas isue pun ditingkatkan menjadi ‘perang sipil’ yang diawaki oposisi anti-Assad didukung oleh Barat (baca: Mencermati Pola Kolonialisme di Syria dan Mesir, www.theglobal-review). Sudah tentu bumbunya adalah sektarian sebagai citarasa terlezat bagi konflik-konflik di Timur Tengah.

Dalam perang sipil pun dimunculkan goro-goro agar supaya terbit Resolusi PBB sebagaimana lazimnya di Libya, Irak, dan lain-lain. Pertama adalah tuduhan genosida (pelanggaran HAM) terhadap militer pemerintah Syria di Hawla. Isue inipun terbantah dan tak terbukti sehingga dalih humanitarian intervention PBB pun tak jadi ‘mendarat’ di Syria. Kedua, tuduhan penggunaan senjata kimia oleh militer Assad  yang hingga kini masih tarik ulur antara Rusia versus AS, meskipun Tim Pertama PBB dibawah pimpinan  Carla Del Ponte, anggota Komisi Independen untuk Penyelidikan di Syria sudah mengatakan: “Kami tidak menemukan bukti bahwa pasukan pemerintah Damaskus menggunakan senjata kimia terhadap milisi bersenjata” (Reuters, Senin 6/5/13). Silahkan dihitung, sudah berapa tahapan skenario dimulai dari Arab Spring hingga senjata kimia guna melengserkan rezim bandel ----di mata Barat--- seperti Bashar al Assad.

Kuat dugaan penulis, entah gagal atau bakal terlaksana serangan Barat ke Syria kelak, maka motif utamanya adalah utang dibayar bom sebagai metode pamungkas. Entah guna melunasi berbagai utang baik ke Cina, Jepang, maupun ke PBB, dan lainnya, inilah motif utama yang dapat dibaca. Ya. Menguasai Syria ibarat mengendalikan separuh Jalur Sutera, terutama kompensasi fee atas setiap pipanisasi disana. Teorinya ada: "Kapitalisme yang terjebak krisis akhirnya membuahkan fasisme, sedang fasisme ialah perjuangan penghabisan para monopolis kapitalis yang terancam bangkrut" (Bung Karno, 1959). Mungkin inilah jawaban atas surat Chaves dahulu. Itulah satu-satunya jalan!
 

Unik

Berita Unik
Copyright © 2011. Berita Heboh Terkini - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger